
Bisa Merusak Transmisi Otomatis, Hindari 3 Hal Ini
Saat ini mayoritas pembeli mobil di Tanah Air menyukai kendaraan bertransmisi otomatis. Kondisi ini tidak lepas dari nilai kenyamanan dan kepraktisan yang dirasakan dalam penggunaannya, terutama di lingkungan metropolitan yang padat. Meski demikian, ternyata banyak pemilik mobil matic yang tidak mengetahui beberapa praktik yang tidak diinginkan yang bisa merusak transmisi otomatis.
Menurut Andika Herda Permana, Kepala Bengkel Nissan Setyabudi Semarang, ada berbagai kesalahan tipikal yang mungkin berdampak negatif pada komponen transmisi, seperti;
Mempertahankan posisi transmisi D ketika berhenti

Baca juga: Suzuki New Jimny, Fitur Keunggulan dan Harga Terbaru
Saat berhenti di lalu lintas, banyak pemilik mobil matic masih mempertahankan transmisi di posisi D. Ini jelas tidak tepat karena terlalu membebani komponen kopling magnet. “Kopling magnetik dan konverter torsi adalah bagian dari sistem transmisi yang jika terlalu ditekan bisa cepat aus,” katanya.
Andika memberikan saran, untuk menghindari hal itu, para pengendara membiasakan diri memposisikan girboks mobilnya di posisi netral (N) saat sedang macet, atau ketika berhenti di lampu merah.
Ganti Oli Sering telat
Diperlukan pemeriksaan berkala terhadap kondisi oli transmisi matic. Apalagi jika mobil sering melewati kemacetan. Tingkat kualitas oli yang lebih rendah dapat berdampak negatif pada sistem transmisi secara keseluruhan.
Oleh karena itu, jelasnya, “produsen menyarankan agar penggantian oli diperlukan setiap 20.000 kilometer.”
Mendorong/ Menarik Mobil Matic yang mogok
Bahkan dalam keadaan darurat, pabrikan menyarankan untuk tidak mendorong mobil matic karena hal itu dapat menimbulkan konsekuensi yang berbahaya: “Untuk mengatasi mobil matic mogok, disarankan untuk menggunakan kendaraan towing agar tidak merusak komponen mobil.
Referensi: otomotif.kompas.com